Jakarta pagi ini, kali pertama gue
memakai pakaian layaknya orang kantoran, yang belum pernah gue bayangkan
sebelumnya. Tak lupa terkalung name tag yang bisa buat buka pintu kantor atau
akses ngeprint dan foto kopi. Ada rona berseri diwajah gue, entah karena saking
senengnya gue pertama kerja atau saking seneng nya pake name tag yang bisa buat
buka pintu itu. Aishhh !! Setelah lulus kuliah awalnya gue nggak nyangka bakal
dapat kerja di Jakarta. Perusahaan tempat gue kerja punya beberapa cabang di
luar Jakarta. Awalnya berharap gue bisa ditempatkan diluar Jakarta namun entah
saking manjurnya doa nyokap gue agar anaknya nggak di tempatin diluar jawa, akhirnya
doa beliau dikabulkan. Gue dapat penempatan Jakarta.
Agak ragu pertama dengar kata Jakarta, merasa
pernah terjadi sesuatu di kota yang disebut Jakarta itu. Kata orang, di Jakarta
itu keras, orangnya kasar, macet, banjir, nggak tertib, dan segudang masalah
kota besar lainnya. Ya mungkin ada benarnya juga, tapi nggak semua belahan bumi
Jakarta seperti itu. Mungkin Jakarta tahun ini hampir sama seperti Jakarta 6
tahun lalu. Yang masih ramah atau mungkin akan menimpan kenangan.
Ada sebuah kenangan layaknya permen nano
nano dari 6 tahun lalu. Seseorang yang sering datang dan pergi, seseorang yang
kadang membuat gue yakin dan pesimis, seseorang yang kadang membuat hidup gue
bermakna atau berputus asa. Iya kenapa gue bisa sebut kenangan permen nano nano,
karena dalam rasa permen itu banyak sekali rasa yang kadang tidak bisa ditebak.Yaa
gue takut aja dengan kenangan permen itu akan hadir lagi dalam hidup gue.
2 Bulan berjalan, Jakarta mungkin mulai
bersahabat dengan gue, walaupun pekerjaan tentunya semakin berat. Sering
terlintas kenangan permen itu kala gue melihat sebuah kontak BBM di HP gue.
“Aishhh….
Kenapa lo liatin mulu tuh kontak” Dalam hati gue
berontak sendiri.
Terkadang
ada perasaan kangen, atau perasaan yang absurd bercampur menggiring mata gue untuk
melihat kontak itu, tapi tangan ini kaku kalau untuk sekedar mengetik kata “hay”. Ada gengsi yang mungkin karena kenangan permen itu di masa lalu.
Gue pasang foto bareng sahabat-sahabat
gue saat nongkrong di sebuah mall Jakarta di profil BBM gue, selang
berapa menit kemudian ada pesan yang muncul di BBM gue.
“Harris, Kamu
sejak kapan di Jakarta ?, kenapa nggak ngabarin kalau di Jakarta?” Tanya Nadine via BBM.
Ya,
Kontak BBM itu adalah Nadine, kenangan permen nano nano 6 tahun yang lalu.
“udah dua bulan”
jawab gue sambil menyertakan icon senyum meringis.
“kamu jahat !!,
kenapa nggak bilang” tiba-tiba gue dibilang jahat di BBM, padahal gue nggak
ngebunuh siapapun.
“kamu nggak nanya sih” jawab gue biasa sambal
ngasih icon senyum lagi.
Pesan
BBM terakhir itu hanya di read.
Setelah pesan BBM itu, gue nggak
ambil pusing, gue anggap biasa, toh dia bukan siapa-siapa. Gue masih berfikir,
dia hanyalah kenangan permen nano nano masa lalu.
Sampai
akhirnya ada pesan BBM mendarat di BB gue secara tiba-tiba ;
“Cape aku kangen
sama kamu Harris, tapi kamu nya sendiri nggak pernah kangen” pesan BBM Nadine
secara tiba-tiba.
“Kenapa??” balas
gue dengan sedikit terheran karena mendadak mendapat pesan seperti itu tanpa sebab.
“Jangan nyesel
lho, kalau aku berhenti buat usaha” balas Nadine simple dan keliahatan dia tambah
kesel ke gue.
Kalimat
terakhir itu seperti sebuah kalimat ancaman. Ancaman untuk tidak menyesal
dikemudian hari. Tapi ancaman itu gue anggap biasa saja. Karena hubungan gue
dengan Nadine sekarang hanya sebatas teman dan kenangan permen masa lalu. Bukan
gue yang nggak mau menjalin hubungan seperti masa kenangan permen itu, namun
gue belum bisa melupakan apa yang terjadi di akhir kisah permen itu. Terlalu sakit
untuk bisa mengingatnya kembali.
“Terkadang
Seseorang itu mudah untuk memafkan namun sulit untuk melupakan”
0 komentar:
Posting Komentar