Selasa, 21 April 2015

Kenangan Permen Nano Nano [CERPEN]



Jakarta pagi ini, kali pertama gue memakai pakaian layaknya orang kantoran, yang belum pernah gue bayangkan sebelumnya. Tak lupa terkalung name tag yang bisa buat buka pintu kantor atau akses ngeprint dan foto kopi. Ada rona berseri diwajah gue, entah karena saking senengnya gue pertama kerja atau saking seneng nya pake name tag yang bisa buat buka pintu itu. Aishhh !! Setelah lulus kuliah awalnya gue nggak nyangka bakal dapat kerja di Jakarta. Perusahaan tempat gue kerja punya beberapa cabang di luar Jakarta. Awalnya berharap gue bisa ditempatkan diluar Jakarta namun entah saking manjurnya doa nyokap gue agar anaknya nggak di tempatin diluar jawa, akhirnya doa beliau dikabulkan. Gue dapat penempatan Jakarta.
Agak ragu pertama dengar kata Jakarta, merasa pernah terjadi sesuatu di kota yang disebut Jakarta itu. Kata orang, di Jakarta itu keras, orangnya kasar, macet, banjir, nggak tertib, dan segudang masalah kota besar lainnya. Ya mungkin ada benarnya juga, tapi nggak semua belahan bumi Jakarta seperti itu. Mungkin Jakarta tahun ini hampir sama seperti Jakarta 6 tahun lalu. Yang masih ramah atau mungkin akan menimpan kenangan.
Ada sebuah kenangan layaknya permen nano nano dari 6 tahun lalu. Seseorang yang sering datang dan pergi, seseorang yang kadang membuat gue yakin dan pesimis, seseorang yang kadang membuat hidup gue bermakna atau berputus asa. Iya kenapa gue bisa sebut kenangan permen nano nano, karena dalam rasa permen itu banyak sekali rasa yang kadang tidak bisa ditebak.Yaa gue takut aja dengan kenangan permen itu akan hadir lagi dalam hidup gue.

2 Bulan berjalan, Jakarta mungkin mulai bersahabat dengan gue, walaupun pekerjaan tentunya semakin berat. Sering terlintas kenangan permen itu kala gue melihat sebuah kontak BBM di HP gue.
“Aishhh…. Kenapa lo liatin mulu tuh kontak” Dalam hati gue berontak sendiri.
Terkadang ada perasaan kangen, atau perasaan yang absurd bercampur menggiring mata gue untuk melihat kontak itu, tapi tangan ini kaku kalau untuk sekedar mengetik kata “hay”. Ada gengsi yang mungkin karena kenangan permen itu di masa lalu.
Gue pasang foto bareng sahabat-sahabat gue saat nongkrong di sebuah mall Jakarta di profil BBM gue, selang berapa menit kemudian ada pesan yang muncul di BBM gue.
“Harris, Kamu sejak kapan di Jakarta ?, kenapa nggak ngabarin kalau di Jakarta?”  Tanya Nadine via BBM.
Ya, Kontak BBM itu adalah Nadine, kenangan permen nano nano 6 tahun yang lalu.
“udah dua bulan” jawab gue sambil menyertakan icon senyum meringis.
“kamu jahat !!, kenapa nggak bilang” tiba-tiba gue dibilang jahat di BBM, padahal gue nggak ngebunuh siapapun.
“kamu nggak nanya sih” jawab gue biasa sambal ngasih icon senyum lagi.
Pesan BBM terakhir itu hanya di read.
            Setelah pesan BBM itu, gue nggak ambil pusing, gue anggap biasa, toh dia bukan siapa-siapa. Gue masih berfikir, dia hanyalah kenangan permen nano nano masa lalu.
Sampai akhirnya ada pesan BBM mendarat di BB gue secara tiba-tiba ;
“Cape aku kangen sama kamu Harris, tapi kamu nya sendiri nggak pernah kangen” pesan BBM Nadine secara tiba-tiba.
“Kenapa??” balas gue dengan sedikit terheran karena mendadak mendapat pesan seperti itu tanpa sebab.
“Jangan nyesel lho, kalau aku berhenti buat usaha” balas Nadine simple dan keliahatan dia tambah kesel ke gue.
Kalimat terakhir itu seperti sebuah kalimat ancaman. Ancaman untuk tidak menyesal dikemudian hari. Tapi ancaman itu gue anggap biasa saja. Karena hubungan gue dengan Nadine sekarang hanya sebatas teman dan kenangan permen masa lalu. Bukan gue yang nggak mau menjalin hubungan seperti masa kenangan permen itu, namun gue belum bisa melupakan apa yang terjadi di akhir kisah permen itu. Terlalu sakit untuk bisa mengingatnya kembali.
“Terkadang Seseorang itu mudah untuk memafkan namun sulit untuk melupakan”

0 komentar:

Posting Komentar

 
;