Senin, 07 Desember 2015 0 komentar

HANYA ITU KAWAN…..



Aku tak meminta banyak dari mu, kawan…
Sekali ini aku ingin kau dengarkan
Dengarkan keluh ku,
Dengarkan isi hati ku,
Dengarkan kerisauan ku,

Aku tak berharap banyak dari mu, kawan…
Sekali ini aku ingin berharap
Berharap untuk mengerti,
Berharap untuk peduli,
Berharap untuk solusi,
Rabu, 25 November 2015 0 komentar

Diam [Cerpen]



Keheningan malam, rintiknya hujan menemaniku saat menunggu bus TransJakarta. Entah kenapa malam ini tak banyak orang yang lalu lalang di halte ini. Biasanya lautan manusia sudah terkumpul disini menunggu bus-bus yang datang. Oh, mungkin karena sudah jam 10 malam. Hanya nampak muka-muka penat dan rambut yang kusut tanda mereka telah menyelasaikan pekerjaan yang mungkin berat dan perlu waktu lebih.
Diantara orang-orang itu, Nampak sesosok perempuan yang sedang tapping kartu untuk masuk ke halte yang mukanya sudah tidak asing lagi, sepertinya aku mengenalnya.
Lambaian tangan nya yang khas ditambah senyum yang membuat matanya menjadi sipit, untuk beberapa saat menyakinkanku bahwa aku sudah cukup lama mengenalnya.
“Hay Nat…..” wanita itu mendekatiku seraya menyapa.
“Hay Sis, Baru pulang kamu?”
“Iya nih, lembur akhir bulan” Jawabnya mengambil posisi duduk di sampingku.
“wah mantap nih, calon best employee of the year” candaku.
“apapan sih kamu…” jawabnya sembari memukul lenganku pelan.

Aku mengenal Sisca sudah cukup lama, kami memang satu perusahaan, namun kami beda business unit. Aku di business unit IT, sedang dia di Finance. Sudah cukup akrab memang. Jalan pulang yang searah, dengan moda transportasi yang sama membuat kita menjadi dekat.
Ada perasaan aneh ketika aku didekatnya, hanya sekedar mengobrol, atau canda tawa. Perasaan yang kadang membuat aku tersenyum seperti orang gila ketika aku mengingat nya. Cengkrama kami sungguh membuat beberapa orang yang ada di halte memandang cemburu. Kamipun tak menghiraukannya, seolah halte ini milik kami berdua. 
Rabu, 18 November 2015 0 komentar

Jogjakarta 18-11-12


Dan......

Hujan pun menangis diiringi alunan suci

Tak berhenti seolah dia mengerti apa yang sedang terjadi

Sedikit gemelegar ikut bersahutan

Menyembunyikan isakan ini.

Dan.....

Hanya hujan yang mengerti

Tanpa dia harus mengeluh

Mendengarkan isi hati.

Copyright2015:AKO
Selasa, 16 Juni 2015 0 komentar

Perasaan, Hati dan Kebahagiaan



“Mama, apa dulu mama keracunan saat mengandungku ?”
Pertanyaan itu yang selalu ingin aku tanyakan. Namun mulut ini kaku dan hati ini selalu ragu. Ada keraguan dalam diri ini, apakah mama ku bisa menjawabnya atau tidak. Bagiku itu pertanyaan sulit yang tidak semua orang bisa menjawab nya.
Aku juga bertanya pada diriku sendiri ;
“Kenapa perasaanku kacau?”
“Kenapa hati ini menyiksaku?”
“Kenapa aku sulit menemukan kebahagiaan?”

Selasa, 12 Mei 2015 0 komentar

L . E . L . A. H


Lelah jika harus seperti ini
Berkaca pagi sampai berganti
Menutup rapat bayangan pagi
Semu hingga malam terlewati

Lelah dengan larangan ini
Berparas menawan tapi retak hati
Menutup rasa yang bersemi
Dari pagi sampai malam hari

Lelah dengan perjalanan ini
Menapak tanah di tebing tinggi
Menutup mata bermimpi ke langit
Tanpa ada yang menyadari

Lelah dengan rasa ini
Menatap mentari terlihat api
Menata hati yang terlanjur mati
Berjuang demi kepantasan diri
Kamis, 07 Mei 2015 0 komentar

Rasa , Cinta dan Hati



Rasa….
Beruntunglah yang punya rasa,
Rasa seperti kebanyakan orang
Rasa yang mungkin membuat bahagia
Cinta…
Beruntunglah yang punya cinta,
Cinta yang tulus dan berharga
Cinta yang bukan dengan larangan
Hati…
Beruntunglah yang punya hati
Hati yang damai dan tentram
Hati yang bukan resah gelisah

Bukan Rasa…
Yang menyakiti diri
Bukan Cinta…
Yang sulit untuk dijalani
Bukan Hati….
Yang kecewa sebelum bermimpi
Rabu, 29 April 2015 0 komentar

Hanya bisa dipendam [Cerpen]



 “Heih.. Heihh….” Kata Rio sambal ribut menepuk- nepuk bahu gue.
“Berisik Kampret !!, apa sih” gue merasa agak keganggu dengan tingkah Rio yang sedari tadi menepuk-nepuk bahu gue.
“Itu… yang disana” Rio berkata sembari mata seolah menunjuk ke arah depan.
Tercengang, pertama gue menyadari bahwa yang ditunjuk dan diributin Rio dari tadi adalah manusia yang sedang gue tatap detik ini. Mata gue untuk beberapa detik nggak bisa berkedip (untung aja nggak kelilipan besi). Iya itu sesosok manusia dengan tinggi semampai ber-wedges hitam dengan outerwear berwarna merah dan rok berwarna abu-abu. Putih, sipit, rambut lurus sebahu.
“Anjirrrrr……” gue teriak dalam hati.
Tiba-tiba gue sadar bahwa lengan gue agak sakit, ternyata Rio memukul lengan gue keras.
“Kampret !!!, sakit bego !” gerutu gue.
“Lu hampir ngeces tadi Nat” Kata Rio membela diri.
“Siapa dia? Anak baru ya? Baru lihat dia ikut training nya pak Ong ?, Cantik ya” Gue mulai kepo.
“Lili Toei, commercial industry, baru masuk 2 minggu” jelas Rio singkat.
“Nyet… lu apal banget”
“Heih Bego… dia kan satu divisi ma gue”
“Ohh iya… ya.. Kenalin gue dong”
“Ntar habis training ya Nyet… sabarr. HaHaHa. Walaupun masih satu divisi sama gue, tapi setiap gue ngelihat dia, bawaan nya gue pengen tidur bersandar dibahu nya” Rio menunjukan kekagumannya sama Toei.
“Ah lu Nyet…. Udah punya cewek juga, masih aja gitu lu. Kasih dong kesempatan buat sahabat lu yang lebih ganteng 30 % dari elu ini” Gue mulai memelas sekaligus mengakui bahwa gue nggak lebih ganteng L.

Selasa, 21 April 2015 0 komentar

Kenangan Permen Nano Nano [CERPEN]



Jakarta pagi ini, kali pertama gue memakai pakaian layaknya orang kantoran, yang belum pernah gue bayangkan sebelumnya. Tak lupa terkalung name tag yang bisa buat buka pintu kantor atau akses ngeprint dan foto kopi. Ada rona berseri diwajah gue, entah karena saking senengnya gue pertama kerja atau saking seneng nya pake name tag yang bisa buat buka pintu itu. Aishhh !! Setelah lulus kuliah awalnya gue nggak nyangka bakal dapat kerja di Jakarta. Perusahaan tempat gue kerja punya beberapa cabang di luar Jakarta. Awalnya berharap gue bisa ditempatkan diluar Jakarta namun entah saking manjurnya doa nyokap gue agar anaknya nggak di tempatin diluar jawa, akhirnya doa beliau dikabulkan. Gue dapat penempatan Jakarta.
Agak ragu pertama dengar kata Jakarta, merasa pernah terjadi sesuatu di kota yang disebut Jakarta itu. Kata orang, di Jakarta itu keras, orangnya kasar, macet, banjir, nggak tertib, dan segudang masalah kota besar lainnya. Ya mungkin ada benarnya juga, tapi nggak semua belahan bumi Jakarta seperti itu. Mungkin Jakarta tahun ini hampir sama seperti Jakarta 6 tahun lalu. Yang masih ramah atau mungkin akan menimpan kenangan.
Ada sebuah kenangan layaknya permen nano nano dari 6 tahun lalu. Seseorang yang sering datang dan pergi, seseorang yang kadang membuat gue yakin dan pesimis, seseorang yang kadang membuat hidup gue bermakna atau berputus asa. Iya kenapa gue bisa sebut kenangan permen nano nano, karena dalam rasa permen itu banyak sekali rasa yang kadang tidak bisa ditebak.Yaa gue takut aja dengan kenangan permen itu akan hadir lagi dalam hidup gue.
 
;